Komputasi kuantum telah mencapai titik krusial di mana teknologi ini mulai memberikan keunggulan praktis untuk aplikasi kecerdasan buatan, menurut terobosan terbaru dari berbagai tim peneliti.
Tim dari University of Vienna beserta kolaboratornya telah membuktikan bahwa komputer kuantum skala kecil sudah mampu mengungguli sistem klasik dalam tugas-tugas machine learning tertentu. Dengan menggunakan prosesor kuantum fotonik, para peneliti menunjukkan bahwa algoritma yang ditingkatkan kuantum dapat mengklasifikasikan data dengan lebih akurat dibandingkan metode konvensional. Eksperimen yang dipublikasikan di Nature Photonics ini memanfaatkan sirkuit kuantum yang dibangun di Politecnico di Milano untuk menjalankan algoritma machine learning yang pertama kali diusulkan oleh peneliti Quantinuum.
"Hal ini bisa menjadi sangat penting di masa depan, mengingat algoritma machine learning semakin tidak layak dijalankan akibat kebutuhan energi yang sangat tinggi," ujar salah satu penulis, Iris Agresti. Platform kuantum fotonik menunjukkan keunggulan dalam kecepatan, akurasi, dan efisiensi energi dibandingkan teknik komputasi klasik, khususnya untuk aplikasi machine learning berbasis kernel.
Dalam terobosan lain secara paralel, tim multinasional dari Chalmers University of Technology, University of Milan, University of Granada, dan University of Tokyo mengembangkan algoritma yang memungkinkan komputer biasa mensimulasikan sirkuit kuantum tahan-gangguan secara akurat. Inovasi ini mengatasi kode bosonik Gottesman-Kitaev-Preskill (GKP) yang terkenal sulit disimulasikan, namun sangat penting untuk membangun komputer kuantum yang stabil dan dapat diskalakan.
Sementara itu, peneliti dari USC dan Johns Hopkins University berhasil mencapai apa yang dianggap banyak pihak sebagai "cawan suci" komputasi kuantum: percepatan eksponensial tanpa syarat menggunakan prosesor Eagle 127-qubit milik IBM. Tim ini mendemonstrasikan keunggulan tersebut pada teka-teki klasik "tebak pola", membuktikan tanpa asumsi bahwa mesin kuantum dapat melampaui komputer klasik terbaik. Mereka memanfaatkan teknik seperti koreksi kesalahan dan perangkat keras kuantum canggih dari IBM untuk meraih pencapaian ini.
Perkembangan ini menandakan bahwa komputasi kuantum mulai beralih dari janji teoritis menjadi aplikasi nyata. Seiring IBM melanjutkan peta jalannya menuju sistem dengan lebih dari 4.000 qubit pada tahun 2025, dan para peneliti menunjukkan keunggulan kuantum di bidang mulai dari machine learning hingga manufaktur semikonduktor, teknologi ini tampak siap menghadirkan kemampuan transformatif di berbagai industri.