menu
close

Meta Bertaruh Rp237 Triliun pada Scale AI dalam Upaya Superintelligence

Meta telah menginvestasikan US$14,8 miliar untuk mengakuisisi 49% saham Scale AI, menilai perusahaan pelabelan data tersebut sebesar US$29 miliar. Sebagai bagian dari kesepakatan strategis ini, pendiri Scale yang berusia 28 tahun, Alexandr Wang, akan meninggalkan posisinya untuk memimpin tim 'superintelligence' baru Meta dan langsung melapor ke CEO Mark Zuckerberg. Akuisisi ini memicu gejolak industri, dengan Google, OpenAI, dan laboratorium AI besar lainnya memutuskan hubungan dengan Scale AI karena kekhawatiran terkait eksposur data kompetitif ke Meta.
Meta Bertaruh Rp237 Triliun pada Scale AI dalam Upaya Superintelligence

Meta telah sepakat membayar US$14,8 miliar untuk 49% saham Scale AI, sebuah perusahaan data kecerdasan buatan terkemuka. Ini menjadi salah satu akuisisi terbesar raksasa media sosial tersebut sejak pembelian WhatsApp pada 2014.

Sebagai bagian dari perjanjian yang diumumkan pada Juni 2025, pendiri sekaligus CEO Scale AI, Alexandr Wang, akan mundur dari jabatannya untuk bergabung dengan Meta dan memimpin inisiatif baru bertajuk 'Superintelligence'. Scale mengumumkan bahwa Wang akan keluar untuk menjadi eksekutif yang bertanggung jawab atas unit baru di dalam raksasa teknologi tersebut. Jason Droege, Chief Strategy Officer Scale AI, dipromosikan menjadi CEO menggantikan Wang.

Langkah ini menandakan tekad Zuckerberg untuk mengejar ketertinggalan dalam persaingan AI. "Seiring percepatan kemajuan AI, pengembangan superintelligence kini mulai terlihat di depan mata," tulis Zuckerberg dalam memo internal yang dilihat Bloomberg. Zuckerberg semakin frustrasi karena pesaing seperti OpenAI tampak lebih unggul baik dalam model AI dasar maupun aplikasi konsumen. Peluncuran model AI Llama 4 milik Meta pada April lalu kurang mendapat sambutan dari para pengembang, menambah kekecewaan Zuckerberg. Perusahaan sebenarnya berencana merilis model yang lebih besar dan kuat bernama "Behemoth", namun hingga kini belum tersedia karena kekhawatiran atas kemampuannya dibandingkan model pesaing.

Akuisisi ini menciptakan gejolak besar di industri. Google, salah satu pelanggan terbesar Scale AI, memutuskan hubungan dengan startup pelabelan data tersebut setelah investasi Meta. Google sebelumnya berencana membayar Scale AI sekitar US$200 juta pada 2025 untuk data pelatihan berlabel manusia guna mengembangkan model AI seperti Gemini, pesaing ChatGPT. Kini, Google mencari penyedia alternatif untuk menghindari potensi eksposur data milik mereka ke Meta. OpenAI, klien utama Scale lainnya sekaligus pesaing Meta, juga mulai menghentikan kerja sama dengan Scale menyusul kesepakatan ini. OpenAI secara bertahap memutus hubungan dengan Scale AI, dengan perusahaan menyatakan bahwa penghentian kerja sama sudah direncanakan sebelum pengumuman Meta.

Eksodus ini menunjukkan bahwa dalam perlombaan membangun AI tercerdas, akses ke data beranotasi manusia terbaik kini menjadi titik krusial yang diperebutkan secara sengit. Pada dasarnya, pelabelan data adalah cara model AI belajar. Di masa awal, ini berarti menggambar kotak di sekitar gambar kucing. Namun seiring model berkembang makin canggih, kebutuhan datanya pun meningkat. Memberi makan model bahasa besar dengan seluruh isi internet saja sudah tidak cukup; agar benar-benar cerdas—bisa bernalar, menjalankan tugas kompleks, dan tidak "berhalusinasi"—model harus diajarkan oleh para ahli.

Perjalanan bisnis Scale AI mencerminkan meningkatnya permintaan akan infrastruktur data berkualitas tinggi di bidang AI. Setelah meraih pendapatan US$870 juta pada 2024, perusahaan memperkirakan angka itu akan lebih dari dua kali lipat menjadi US$2 miliar pada akhir 2025. Valuasi terbarunya sebesar US$29 miliar menegaskan betapa vitalnya infrastruktur data dalam rantai nilai AI secara keseluruhan. Taruhannya sangat besar, dengan Meta berencana menghabiskan hingga US$65 miliar hanya untuk infrastruktur AI tahun ini, membangun pusat data raksasa guna melatih model-model yang semakin kuat.

Source:

Latest News